Sabtu, 20 Oktober 2012

Melindungi Telinga Dari bising Lingkungan

Bising merupakan suara yang tidak mengenakan untuk di dengar oleh telinga. Bising yang sering kita jumpai dalam lingkungan sangat banyak, misal nya suara bajai, klakson mobil, lalu lintas jalan raya, suara - suara meisn pabrik, kontraktor jalan, dan lain - lain. Gangguan pendengaran yang di sebabkan oleh bising ini biasanya akan terlihat jelas pada audiogram dengan penurunan pada frekuensi 4000HZ, Kebisingan yang sering kita dengar dapat merusak koklea, terlalu sering kita mendengar kebisingan maka sel - sel rambut pada koklea akan mengalami kerusakan. Dan biasanya orang yang mengalami ketulian karena bising dirasakan pada usia lanjut (presbikusi). Secara psikolog suara bising juga dapat menyebabkan stress, rasa tidak nyaman terhadap lingkungan dan lain.
cara untuk melindungi telinga dari kebisingan terbut adalah :
- Pemakaian eamould pada para pekerja yang bekerja di pabrik - pabrik yang memiliki kebisingan yang tinggi
- Pemakaian helm bagi pengendara motor, ini dapat mengurangi suara bising yang masuk ke telinga
- Pekerja yang bekerja pada lingkungan bising di usakan bekerja kurang dari 8 jam
- Di usahakan mengurangi menonton konser musik
- Kurangi mendengar musik dengan headtset

Benign Paroxysmal Positional

   Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian
    Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.
    Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang menyebabkan penderita sangat berhati-hati dalam posisi tidurnya. Vertigo jenis ini sering berulang kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan olitit
 
 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.

B. Pemeriksaan fisis
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah :Dix-Hallpike dan side lying

Dix-Hallpike. Cara melakukannya sebagai berikut:
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.
- Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.
- Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya

Perasat Dix- halpike
   Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kepala ditegakan ke sisi kanan , tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal .
Pasien kembali ke posisi duduk untuk di lakukan perasat side lying kiri,pasien secara cepat dijatuhkan kesisi kiri dengan kepala di tolehkan 45 derajat kekanan tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal

Kamis, 18 Oktober 2012

Bagaimana Cara Mengetahui Anak Yang Mengalami Gangguan Pendengaran?

Pendengaran sangat berperan penting dalam aktifitas sehari - hari seseorang. Gangguan pendengaran merupakan kondisi dimana berkurangnya kemampuan seseorang dalam mengenal suara atau bunyi. Gangguan pendengaran  dapat terjadi pada semua usia, khusus nya pada anak - anak dapat mempengaruhi perkembangan wicara,bahasa dan juga dapat menghambat perkembangan akademiknya.
Untuk dapat mengetahui si anak mengalami gangguan pendengaran atau tidak kita dapat melakukan beberapa tes pendengaran objektif.
1. Tympanometri
Pada pemeriksaan ini kita dapat melihat bagaiman fungsi telinga tengah anak, bisaberupa kondisi tulang-tulang pendengaran,fungsi saluran tuba, dan cairan yang berada di telinga tengah. tes ini perlu di gunakan untuk dapat melakukann tes berikut OAE. karena apabila pada telinga tengah kurang bisa berupa adanya cairan tes OAE tidak dapat dilakukan.
2. OAE (Otoakustik Emision)
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat bagaiman kondisi koklea atau rumah siput, khusus nya sel - sel rambut rumah siput tersebut. Hasil dari pemeriksaan ini berupa pass atau refer.Pass berarti tidak ada gangguan. Refer mengalami gangguan.
3. ABR (Auditory Brainstem Response)
Tes ini di gunakam untuk mengetahui  bagian telinga luar sampai batang otak. pemeriksaan ini menggunakan elektroda yang di tempelkan pada belakang telinga dan dahi.  hasil nya berupa gelombang. Dalam menganalisa hasil gelombang ini haruslah seorang tenaga profesional.
4. ASSR ( Auditory Steady State response)
Tes ini objektif ini untuk menentukan pendengaran yang diperkenalkan oleh Galambos tahun 1981. ASSR adalah respon otak yang terjadi karna adanya ransangan bunyi. Potensial aksi yang muncul kemudiandi rekam melalui elektroda.

itulah beberapa tes objektif pendengaran pada anak semoga bermanfaat.